Sabtu, 28 Juni 2014

Ramadhan Bulan

Tiga hal, yang spesial,
takkan kesepian kerana bersahabat dengannya,
takkan sendirian kerana berteman dengannya,
kan kesulitan kerana tak mensyukurinya,
ia lah pendengaran, penglihatan dan hati kita.

Amal kita, bukti iman.
Maka, masa lalu jangan dibiar-biarkan,
kerana ia jadi pelajaran.

Kini Ramadhan bulan, ialah peluang perbaikan,
kerana kebaikan memupus keburukan,
maka, jangan dibiar-biarkan.

Bersama keyakinan, itu masa depan,
kerana para Rasul yang mengajarkan,
hanya wajah Allah yang kita harapkan.

by. Mahendra Ibn Muhammad Adam 
(Bangko corner, 29/6/14)

Ramadhan Surga




Marhaban Ya Ramadhan.
Niat baik buahkan perbuatan.
Biarkan jahatnya bisikan,
takkan hambat perbuatan,
tersebab istigfar yang meramaikan hujan,
tersebab syukur yang memuaskan keinginan,
tersebab sabar yang mendulangkan pikiran.
Kita kejar ampunan dan pahala-Nya,
keberkahan dan Surga-Nya.

By. Mahendra Ibn Muhammad Adam
(Bangko Corner, 28/6/14) 

Selasa, 17 Juni 2014

Alasan Tidak Memilih Prabowo-Jokowi

Alasan tidak memilih Prabowo-Hatta: (1) issue pelanggaran HAM di masa lalu, (2) ada kemungkinan melindungi Pemimpin yang sebelumnya seandainya terkena kasus hukum, (3) akan memimpin dengan otoriter, (4) ada potensi korupsi, (5) ada alasan yang lain.

Alasan tidak memilih Jokowi-JK: (1) issue akan jadi boneka bagi kepentingan partai pengusungnya, (2) belum fasih dalam konsep kepemimpinan nasional yang strategis, (3) gaya kepemimpinan yang mungkin belum sesuai dengan keanggunan Kepresidenan yang nasional dan global, (4) ada potensi korupsi, (5) ada alasan yang lain.

Memang polling tertutup punya sisi kelemahan. Meskipun kadang kurang mencakup keseluruhan ide voter, pertanyaan dalam Polling itu sangat cerdas.

Ingat! Pada alternatif jawaban itu: ada alasan lain. Ini tentu, relatif mewakili keseluruhan ide para voter.

Referensi:


Rabu, 11 Juni 2014

Mau Ngenal JOKOWI dan PRABOWO? Pake IJOTT Aje

Gerakan media mantep banget ya? Mungkin bikin kita bingung. Tapi gak usah bingung, buatlah keputusan. So semenjak itu gak da lagi bingung. Gimana buat keputusannya? Kita harus mengenal. Ya harus KENAL.

“Mau Ngenal JOKOWI dan PRABOWO?”
  “Alternatif caranya, lewat akun pribadi mereka aja.. Komunikasi aja langsung sama mereka di sana… saya dah nyoba tapi lum kesimpulan..”

“Ada pertanyaaan psikologi yang ingin saya tanyain ke mereka…”

“Info dari pendukung JOKOWI maupun PRABOWO ya tentu jadi wawasan bagi saya… Thanks ya kawan-kawan…”

“Saya gak ingin termakan oleh info dari para pendukung itu”

“Saya dan Anda punya prinsip sama… IJOTTT (Ingin tahu, Jujur, Objektif, Tekun, Terbuka, dan Teliti)”
Nah begini maknanya ..
 
Ingin tahu adalah perasaan bergemuruh dalam jiwa untuk mencari data, untuk meneliti.
 
Jujur, lawannya dusta. Bagaimanapun hasil penelitianmu maka itulah yang kamu akui.
 
Objektif maksudnya sesuai dengan apa yang terjadi dan teramati.
 
Tekun, lawannya dari putus asa. Tekun yakni semangat untuk meneliti.
 
Terbuka, maksudnya siap dikritik dan diberi saran. Bertukar energi.
 
Teliti, lawannya kecerobohan. teliti yakni mampu untuk fokus, baik terhadap objek yang kecil maupun yang lebih besar lagi.

Laskar Pelangi

Asyik ternyata, menonton DEBAT Perdana CAPRES-CAWAPRES RI, temanya bagus: Pembangunan Demokrasi, Pemerintahan Bersih dan Kepastian Hukum.

‘Kita’ berharap yang menonton juga ikut ambil bagian dalam ‘bahtera politik’. Gak asyik cuma jadi penonton. Enaknya sebagai pemain, selayaknya pemain sepakbola. Gak mestipemain depan. Pemain tengah it’s okay. Pemain belakang it’s okay. Penjaga tiang (eh panjaga gawang), asyik juga tuh. Ya kan?

Korbankan apa yang bisa dikorbankan. Bayangkan! ‘Kita’ semua menjadi orang yang berkorban, sama-sama membangun bangsa ini. Sama-sama berkeringat, baik pihak Jokowi maupun pihak Prabowo. Itu pemandangan yang indah kan? Itulah perlombaan. Pengganti perjudian. Perjudian merugikan. Perlombaan menguntungkan. Ya kan? Sedikit banyak, itu lah yang saya lihat dari orang-orang yang berjudi.

Bahas dikit ah… Prabowo pertahanannya sebaik penyerangannya, walapun yang lebih terlihat adalah pertahanannya, itu agak mirip sih dengan sepakbola TimNas Spanyol atau Brazil, mengagumkan.

Jokowi-JK cenderung baik penyerangannya saja, mirip sepakbola TimNas Belanda belum pernah juara tapi tidak bisa diremehkan TimNas manapun. Pengalamannya tidak bisa dianggap enteng.

Prabowo perlu menambahkan segi-segi teknis dalam upaya rakyat menangkap visi-misinya. Ini kelebihan Jokowi bicara teknologi dalam pengawasan program kerjanya yang berujung pada transparansi birokrasi seperti e-management. Perlu ditambahkan bahwa tidak semuanya harus transparansi. Tentu ada etikanya, aturannya atau batasannya.

Jokowi perlu menambahkan jiwa ‘berkawan’ bukan ‘berperang’ dalam upaya rakyat mengambil kedamaian. Ini kelebihan Prabowo sebagai teladan kedamaian, meski dia disudutkan, padahal tidak jelas sama sekali tentang tuduhan dosa sosialnya di masa lalu (era ‘98). Hal ini terlihat dari cara pandangnya terhadap kawan bicara (yakni Jokowi-JK).

Ini acara, DEBAT harus dijadikan perlombaan bukan peperangan.

Agak keluar jalur bahasan nih, tapi gak apa lah. Ada dua kesan bagi saya secara pribadi. Pertama, bahwa karakter Hatta mirip Jokowi: volume suaranya tidak sebesar pasangannya. JK mirip Prabowo, volume suaranya besar begitu pula nadanya. Bagi saya ini sangat terkesan.

Kedua, Jokowi perlu membiasakan diri untuk CiPiKa-CiPiKi. Kelihatannya Jokowi seolah menanduk prabowo saat CiPiKa-CiPiKi. Jokowi hampir pakai jidad, seharusnya pakai pipi. Bagi saya ini sangat terkesan.

And then… masih ada waktu. Baik Prabowo maupun JK harus tetap semangat dan menggali ide-ide segar dan menarik. Rakyat harus dibuat menangkap visi misi CAPRES-CAWAPRES RI.

Nah penutup, selamat bermimpi… Ada yang bilang mimpi hari ini adalah kenyataan esok hari… Laskar Pelangi…

HATI MENEMUKAN KEDAMAIAN DENGAN MENGINGAT ALLAH



Menurut penelitian oleh David B Larson dan timnya dari the American National Health Research Center [Pusat Penelitian Kesehatan Nasional Amerika], pembandingan antara orang Amerika yang taat dan yang tidak taat beragama telah menunjukkan hasil yang sangat mengejutkan. Sebagai contoh, dibandingkan mereka yang sedikit atau tidak memiliki keyakinan agama, orang yang taat beragama menderita penyakit jantung 60% lebih sedikit, tingkat bunuh diri 100% lebih rendah, menderita tekanan darah tinggi dengan tingkat yang jauh lebih rendah, dan angka perbandingan ini adalah 7:1 di antara para perokok. 1

Ibadah dan keimanan kepada Allah memiliki lebih banyak pengaruh baik pada kesehatan manusia daripada keimanan kepada apa pun yang lain.

Dalam sebuah pengkajian yang diterbitkan dalam International Journal of Psychiatry in Medicine, sebuah sumber ilmiah penting di dunia kedokteran, dilaporkan bahwa orang yang mengaku dirinya tidak berkeyakinan agama menjadi lebih sering sakit dan mempunyai masa hidup lebih pendek. Menurut hasil penelitian tersebut, mereka yang tidak beragama berpeluang dua kali lebih besar menderita penyakit usus-lambung daripada mereka yang beragama, dan tingkat kematian mereka akibat penyakit pernapasan 66% lebih tinggi daripada mereka yang beragama.

Para pakar psikologi yang sekuler cenderung merujuk angka-angka serupa sebagai "dampak kejiwaan". Ini berarti bahwa keyakinan
EDISI 002/2011 / 09 Desember 2011                                                                                                                                                                                                                                                          02




agama meningkatkan semangat orang, dan hal ini berpengaruh baik pada kesehatan. Penjelasan ini mungkin sungguh beralasan, namun sebuah kesimpulan yang lebih mengejutkan muncul ketika orang-orang tersebut diperiksa.

Keimanan kepada Allah jauh lebih kuat daripada pengaruh kejiwaan apa pun. Penelitian yang mencakup banyak segi tentang hubungan antara keyakinan agama dan kesehatan jasmani yang dilakukan oleh Dr. Herbert Benson dari Fakultas Kedokteran Harvard telah menghasilkan kesimpulan yang mencengangkan di bidang ini. Walaupun bukan seorang yang beragama, Dr. Benson telah menyimpulkan bahwa ibadah dan keimanan kepada Allah memiliki lebih banyak pengaruh baik pada kesehatan manusia daripada keimanan kepada apa pun yang lain.

Benson menyatakan, dia telah menyimpulkan bahwa tidak ada keimanan yang dapat memberikan banyak kedamaian jiwa sebagaimana keimanan kepada Allah. 2

Apa yang mendasari adanya hubungan antara keimanan dan jiwa raga manusia ini? Kesimpulan yang dicapai oleh sang peneliti sekuler Benson adalah, dalam kata-katanya sendiri, bahwa jasmani dan ruhani manusia telah dikendalikan untuk percaya kepada Allah. 3

Kenyataan ini, yang oleh dunia kedokteran pelan-pelan telah mulai diterima, adalah sebuah rahasia yang dinyatakan dalam Al Qur'an dengan kalimat ini
"...Hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram." (QS. Ar Ra’d, 13:28).

Alasan mengapa orang-orang yang beriman kepada Allah, yang berdoa dan berharap kepada-Nya, lebih sehat secara ruhani dan

EDISI 002/2011 / 09 Desember 2011                                                                                                                                                                                                                                                          03



jasmani adalah karena mereka berperilaku sesuai dengan tujuan penciptaan mereka.

Filsafat dan sistem yang tidak selaras dengan penciptaan manusia selalu mengarah pada penderitaan dan ketidakbahagiaan.

Kedokteran modern sekarang sedang mengarah menuju pemahaman tentang kebenaran ini. Seperti kata Patrick Glynn: "Penelitian ilmiah di bidang psikologi selama lebih dari 24 tahun silam telah menunjukkan bahwa, ... keyakinan agama adalah satu di antara sejumlah kaitan paling serasi dari keseluruhan kesehatan jiwa dan kebahagiaan." 4



1. Patrick Glynn, God: The Evidence, The Reconciliation of Faith and Reason in a Postsecular World (California: Prima Publishing: 1997), 80-81.
2. Herbert Benson, and Mark Stark, Timeless Healing (New York: Simon & Schuster: 1996), 203.
3. Ibid., 193.
4. Glynn, God: The Evidence, The Reconciliation of Faith and Reason in a Postsecular World, 60-61.
Oleh Adnan Oktar (2007)

Gen Guru

Guru yang keren itu... Guru yang melahirkan guru..
source: www.thinglink.com/scene/529031635128025090