Rabu, 11 Juni 2014

Laskar Pelangi

Asyik ternyata, menonton DEBAT Perdana CAPRES-CAWAPRES RI, temanya bagus: Pembangunan Demokrasi, Pemerintahan Bersih dan Kepastian Hukum.

‘Kita’ berharap yang menonton juga ikut ambil bagian dalam ‘bahtera politik’. Gak asyik cuma jadi penonton. Enaknya sebagai pemain, selayaknya pemain sepakbola. Gak mestipemain depan. Pemain tengah it’s okay. Pemain belakang it’s okay. Penjaga tiang (eh panjaga gawang), asyik juga tuh. Ya kan?

Korbankan apa yang bisa dikorbankan. Bayangkan! ‘Kita’ semua menjadi orang yang berkorban, sama-sama membangun bangsa ini. Sama-sama berkeringat, baik pihak Jokowi maupun pihak Prabowo. Itu pemandangan yang indah kan? Itulah perlombaan. Pengganti perjudian. Perjudian merugikan. Perlombaan menguntungkan. Ya kan? Sedikit banyak, itu lah yang saya lihat dari orang-orang yang berjudi.

Bahas dikit ah… Prabowo pertahanannya sebaik penyerangannya, walapun yang lebih terlihat adalah pertahanannya, itu agak mirip sih dengan sepakbola TimNas Spanyol atau Brazil, mengagumkan.

Jokowi-JK cenderung baik penyerangannya saja, mirip sepakbola TimNas Belanda belum pernah juara tapi tidak bisa diremehkan TimNas manapun. Pengalamannya tidak bisa dianggap enteng.

Prabowo perlu menambahkan segi-segi teknis dalam upaya rakyat menangkap visi-misinya. Ini kelebihan Jokowi bicara teknologi dalam pengawasan program kerjanya yang berujung pada transparansi birokrasi seperti e-management. Perlu ditambahkan bahwa tidak semuanya harus transparansi. Tentu ada etikanya, aturannya atau batasannya.

Jokowi perlu menambahkan jiwa ‘berkawan’ bukan ‘berperang’ dalam upaya rakyat mengambil kedamaian. Ini kelebihan Prabowo sebagai teladan kedamaian, meski dia disudutkan, padahal tidak jelas sama sekali tentang tuduhan dosa sosialnya di masa lalu (era ‘98). Hal ini terlihat dari cara pandangnya terhadap kawan bicara (yakni Jokowi-JK).

Ini acara, DEBAT harus dijadikan perlombaan bukan peperangan.

Agak keluar jalur bahasan nih, tapi gak apa lah. Ada dua kesan bagi saya secara pribadi. Pertama, bahwa karakter Hatta mirip Jokowi: volume suaranya tidak sebesar pasangannya. JK mirip Prabowo, volume suaranya besar begitu pula nadanya. Bagi saya ini sangat terkesan.

Kedua, Jokowi perlu membiasakan diri untuk CiPiKa-CiPiKi. Kelihatannya Jokowi seolah menanduk prabowo saat CiPiKa-CiPiKi. Jokowi hampir pakai jidad, seharusnya pakai pipi. Bagi saya ini sangat terkesan.

And then… masih ada waktu. Baik Prabowo maupun JK harus tetap semangat dan menggali ide-ide segar dan menarik. Rakyat harus dibuat menangkap visi misi CAPRES-CAWAPRES RI.

Nah penutup, selamat bermimpi… Ada yang bilang mimpi hari ini adalah kenyataan esok hari… Laskar Pelangi…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar