Fabian
menjelaskan konsep tentang nilai, dan bahwa “uang” akan menjadi medium
pertukaran barang, sebuah sistem yang lebih baik daripada barter.
Salah satu dari anggota pemerintah
bertanya “Tetapi orang tertentu bisa menambang emas sendiri dan membuat koin
untuk diri mereka sendiri.”
“Ini tidak boleh diterima” kata
Fabian. “Hanya koin-koin yang disetujui pemerintah yang boleh digunakan, dan
kita akan membuat stempel khusus di koin-koin tersebut.” Ini kedengarannya
masuk akal dan orang-orang pun mulai menyarankan agar setiap orang
mendapatkan sama banyak. “Tetapi saya yang paling pantas mendapatkan lebih”
kata si pembuat lilin. “Tidak, saya lah yang berhak mendapatkan lebih” kata si
petani. Dan pertengkaran pun dimulai.
Fabian membiarkan mereka bertengkar
selama beberapa
saat, kemudian berkata, “Karena tidak ada kesepakatan di antara kalian semua,
biarlah saya yang menentukan angkanya buat Anda. Tidak ada batasan berapa koin
yang akan Anda dapatkan dari saya, semua tergantung kemampuan Anda untuk
membayar. Semakin banyak yang Anda dapatkan, semakin banyak yang harus Anda
kembalikan tahun depan.”
“Lalu apa yang akan kamu dapatkan?”
kata salah satu pendengar.
“Karena
saya yang menyediakan jasa ini, yaitu suplai uang, maka saya berhak mendapatkan
bayaran dari kerja kerasku. Untuk setiap 100 koin yang Anda
dapatkan dari saya, Anda akan membayarkan kembali kepadaku sebanyak 105 koin tahun depannya. 5 koin ini adalah bayaranku, dan saya
akan menyebutnya bunga.”
Kedengarannya tidak terlalu buruk,
lagipula 5% sepertinya tidak banyak. Maka orang-orang pun setuju. Mereka
sepakat untuk bertemu seminggu kemudian dan memulai sistem baru ini.
Fabian
tidak membuang waktu. Dia membuat koin emas siang dan malam, dan seminggu
kemudian dia pun siap dengan koinnya. Orang-orang antri panjang di depan
tokonya. Setelah dicek dan disetujui
oleh pemerintah, koin emas Fabian resmi diedarkan. Sebagian orang hanya meminjam
sedikit koin, setelah itu mereka segera pergi ke pasar mencoba sistem baru ini.
Masyarakat segera menyadari sisi
baik dari sistem ini, dan mereka pun mulai menilai harga setiap barang dengan
koin emas atau dolar. Orang-orang memberikan harga pada dagangannya sesuai
dengan usaha untuk memproduksi barang tersebut. Barang yang mudah diproduksi
harganya lebih
rendah, dan barang yang sulit diproduksi harganya lebih mahal.
Alan
adalah seorang tukang jam. Satu-satunya di kotanya. Jam yang dia buat sangatlah
mahal, tetapi orang-orang bersedia membayar untuk mendapatkan jam yang dia buat. Dan kemudian ada
orang lain yang juga mulai membuat jam dan menjualnya dengan harga yang lebih
murah. Alan pun terpaksa menurunkan harga jamnya. Kedua orang ini bersaing memproduksi jam dengan kualitas terbaik
dengan harga yang lebih murah. Ini adalah asal muasal apa yang kita sebut kompetisi.
Hal
yang sama terjadi juga kepada para kontraktor, operator transportasi,
akuntan, petani, dan lainnya. Para pembeli selalu memilih transaksi yang
menurut mereka paling menguntungkan,mereka memiliki kebebasan untuk memilih.
Tidak ada perlindungan buatan semacam lisensi ataupun cukai tarif untuk
menghambat orang-orang memulai perdagangan. Standar hidup masyarakat mulai
meningkat, dan tak lama kemudian orang-orang pun tidak bisa membayangkan sebuah sistem
perdagangan tanpa uang.
Setahun
kemudian, Fabian pun mulai mendatangi orang-orang yang berhutang kepadanya.
Orang-orang tertentu memiliki koin emas lebih dari yang mereka pinjam, tetapi
ini berarti ada orang lainnnya yang memiliki lebih sedikit dari yang mereka pinjam,
sebab jumlah koin yang dibuat pada awalnya memang terbatas jumlahnya.
Orang-orang yang memiliki koin lebih, membayar kepada Fabian dan juga 5%
bunganya, tetapi mereka kemudian meminjam lagi kepadanya untuk melanjutkan
sistem perdagangan di tahun mendatang.
BERSAMBUNG...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar